Cerita yang berjudul sifat ketus yang membuat gadis ini dipermalukan di depan umum ini akan membuat kita berfikir dua kali jika ingin bersifat ketus atau lancang dan sombong terhadap orang lain. Langsung saja kita simak ceritanya.
Zalia selalu merasa dirinya lebih hebat jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang lain. Tergabung dalam geng Tiara yang berisikan anak-anak orang kaya di sekolahnya, Zalia merasa tidak selevel dengan anak lainnya di luar geng tersebut. Dia selalu merasa tidak nyaman dan senang ketika berurusan dengan anak lain di sekolahnya, bahkan meski itu teman sekelas yang bukan anggota gengnya.
Entah kenapa hari ini Bu Silvy mendadak memberikan jam pelajaran tambahan di kelas Zalia, padahal ini hari Sabtu dan mereka seharusnya pulang pukul 2 siang. Harusnya saat ini Zalia sudah berada di rumah Tina, anggota geng Tiara lainnya yang akan berulang tahun malam nanti. “Sial”, sungut Zalia dalam hati, sembari menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 5 ketika pelajaran tambahan tersebut usai. Handphonenya berkedip, dan pesan yang kesekian kalinya dari teman-temannya yang tak henti-hentinya mengejeknya karena masih belajar hingga sesore ini. Zalia semakin kesal, manakala pesan ayahnya tiba dan mengatakan kalau dia harus pulang sendiri karena sopir mereka tiba-tiba pulang kampung karena ada urusan mendadak. Zalia merengut, sambil membalas pesan ayahnya dan mengatakan kalau dia akan langsung ke rumah Tina untuk menghadiri ulang tahun temannya itu.
Gerimis belum juga reda saat Zalia sedikit lega melihat sebuah mobil memasuki halaman sekolah yang sudah sangat sepi, dia begitu yakin kalau itu taxi pesanannya.
“Tumben Zalia belum pulang?” sapa Bu Silvy yang baru keluar dari ruang kelas, ternyata mobil tersebut adalah suaminya yang datang menjemputnya.
Hari mulai gelap ketika taxi pesanannya datang, Zalia langsung masuk dan mengomel karena harus menungu lama. Dia memutuskan untuk ke stasiun kereta saja, sebab jika naik taxi di malam minggu begini, bisa-bisa pukul 10 baru sampai ke rumah Tina di Klender. Buru-buru dia naik KRL jurusan Kota, duduk di gerbong pertama, gerbong khusus wanita.
“Zalia..” sapa seseorang yang duduk di kursi seberang sambil melambaikan tangannya, Zalia cuek dan memalingkan wajahnya sambil duduk di kursi dekat pintu. Rahma teman sekelasnya itu tetap tersenyum ke arahnya, sementara penumpang lainnya sedikit keheranan melihat situasi yang kaku tersebut. Zalia tetap cuek, memasang headset di telinganya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti irama musik di sana. Tak sedikitpun dia menyapa atau sekedar menoleh kepada Rahma, hingga beberapa stasiun telah terlewati.
Senyum Zalia mengembang, saat kereta berhenti di stasiun Klender. Disempatkannya membalas sms Tina, mengabarkan kalau dia akan segera tiba. Pintu kereta telah terbuka sejak beberapa saat yang lalu, namun tak seorangpun penumpang turun di situ. Zalia lega karena tidak harus berdesakan dengan penumpang lain, dia tersenyum dengan lebar, masih dengan musik yang keras di telinganya. Dia beranjak menuju pintu kereta, namun terhenti karena tiba-tiba saja lengannya ditarik oleh Rahma yang kini berdiri di depannya.
“Apa-apaan sih kamu, mau cari masalah?” bentaknya dengan keras dan ketus, membuat seisi gerbong menatap dengan seksama padanya.
“Bukan, kamu enggak bisa turun di sini, Zalia,” ucap Rahma pelan.
“Jangan sok kenal dan sok dekat gitu deh, memangnya kamu pikir kamu ini siapa?” suara Zalia makin tinggi, masih dengan headset menempel di telinganya. Rahma berusaha untuk kembali meraih tangannya, namun ditepis dengan keras oleh Zalia, hingga seorang ibu merasa perlu untuk berdiri dan menanggalkan headset itu dari telinga Zalia.
“Gerbong ini tidak kebagian peron di stasiun Klender, Nona. Kamu bisa langsung terjun ke rel kalau turun di sini, temanmu itu baik dan berusaha mencegahmu melakukan itu. Seharusnya kamu dengar informasi dari operator dan pindah ke gerbong depan sejak tadi, agar kamu bisa turun di sini,” ujar ibu tersebut sambil tersenyum ke arah Zalia.
Wajah Zalia memerah, malu dan marah. Sementara mata semua orang memandang ke arahnya, dia baru menyadari hal itu. Dia masih tetap berdiri, sementara pintu kereta tertutup kembali dan kereta mulai bergerak lagi.
Itulah cerita yang berjudul sifat ketus yang membuat gadis ini dipermalukan di depan umum, semoga cerita inspiratif ini dapat membuat kita sadar terhadap dampak buruk dari sifat ketus atau lancang dan sombong terhadap orang lain.