Takut Sebelum Memulai Bisnis?


Jumlah pengangguran di Indonesia makin hari makin bertambah. Perguruan tinggi melahirkan jutaan pengangguran setiap tahunnya dan anehnya, jutaan anak muda lulusan SMA juga berlomba-lomba masuk perguruan tinggi untuk dijadikan pengangguran dalam beberapa tahun ke depan.

Ironis.

Lalu kemudian muncullah banyak seminar wirausaha yang menyuntikkan semangat untuk para anak muda agar berani berbisnis. Membuka lapangan pekerjaan memang selalu jauh lebih mulia daripada mencari lapangan pekerjaan. Hasilnya kita bisa lihat dalam beberapa tahun belakangan ini, jumlah pengusaha muda meningkat pesat.

Tapi dari sekian banyak seminar kewirausahaan yang pernah saya ikuti, sebagian besar mengajarkan untuk tidak takut berbisnis. Prinsip mereka, jalankan saja bisnisnya, just action, dan jangan pernah takut gagal! Awalnya saya setuju dengan hal tersebut sebelum saya benar-benar berada dalam dunia bisnis yang sebenarnya.

Prinsip “jangan takut berbisnis” ini seperti pisau bermata ganda. Jujur, saya cuma pakai pisau itu sebagai perumpamaan saja karena sampai umur setua ini saya belum pernah melihat pisau bermata ganda. Kadang saya pikir apakah yang dimaksud pisau bermata ganda itu adalah trisula? Tapi itu kan tri. Apa iya ada dwisula? Jangan-jangan garpu tala termasuk dwisula? Ah, sudahlah..Saya lagi asik ngelantur kok masih dibaca juga. Langsung saja ke paragraf selanjutnya!

Khususnya yang berkaitan dengan bisnis, saya adalah pecinta rasa takut. Saya senang ketika saya berada dalam kondisi takut dalam mengambil keputusan. Saya lebih suka ketika merasa takut sebelum memulai sebuah ladang bisnis baru. Pokoknya saya malah senang kalo merasa takut dalam konteks bisnisdan bukan dalam hal gaib!

Kenapa saya mencintai rasa takut dalam berbisnis?

(Bertanya sendiri, menjawab sendiri. Konyol…)

Karena saya justru merasa AMAN ketika rasa takut itu ada. Dalam bisnis, saya bahkan sangat bergantung kepada rasa takut. Sering kali ketika akan mulai merambah ke jenis bisnis online lainnya, saya menunggu rasa takut datang sebelum memulai. Ini mungkin berlawanan dengan sebagian besar dari Anda yang justru menunggu rasa takut itu pergi sebelum memulai tindakan.

Rasa takut adalah naluri yang diberikan Allah kepada manusia untuk meningkatkan kewaspadaan. Seringkali rasa takut bisa diandalkan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak beres yang telah atau akan kita lakukan. Rasa takut itu ada dalam diri kita bukan tanpa tujuan. Rasa takut diberikan kepada kita manusia bukan untuk ditepis, tapi untuk DIDENGARKAN.

Jadi ketika Anda merasa takut memulai bisnis, duduklah sebentar dan luangkan waktu untuk bertanya ke diri sendiri, “Kenapa saya takut memulai?”. Kemudian biarkan rasa takut Anda menjawabnya sehingga terjadi komunikasi dua arah dalam satu jiwa yang galau. Berdebatlah dengan Rasa Takut itu.

“Takutnya kalau gagal, bagaimana bro?” tanya si Raskut 

“Gagal bagaimana maksudmu, Kut?”

“Ya kalau barangnya tidak laris? Kan toko sejenis sudah banyak coy!”

“Ya kan nanti dikasih pembedalah, istilahnya added value. Misalnya kalo beli satu dapat dua. Atau kita kasih hadiah payung indah atau piring cantik. Produk kita kualitasnya harus bagus juga!”

“Gimana kalo toko lain jualnya lebih murah?”

“Ya kita cari caralah supaya kita bisa jual lebih murah. Kita harus rajin-rajin mengamati pesaing kita. Kita nanti ngambil barang langsung di pabriknya saja. Pasti lebih murah!”

“Gimana kalo kita tidak bisa membayar utang bank tepat waktu, debt collector datang dan menghajar?”

“Ah saya ada teman kok di kepolisian. Kalo debt collector macam-macam, saya tinggal melapor ke teman saya!”

Anda lihat? Bagaimana Raskut itu bisa dengan gamblang menjelaskan apa-apa saja kendala yang sebenarnya menjadi penghalang Anda? Dalam contoh dialog di atas (percayalah, dialog semacam itu sering terjadi di kepalasaya), rasa takut membimbing kita untuk mewaspadai dan mencari jalan keluaruntuk hal-hal yang bisa membuat kita gagal. Rasa takut menjadi radar pendeteksi masalah. Dan dalam bisnis, Anda harus selalu bisa mendeteksi masalah untuk mengantisipasi dengan solusi yang mumpuni.

Bandingkan kalo Anda menepis rasa takut yang ada:

“Takutnya kalau gagal, bagaimana?” tanya si Raskut.

“Ah, saya tidak takut! Kegagalan itu biasa! Yang penting action dulu!”

“Kalau barangnya tidak laku gimana?”

“Itu urusan belakangan! Yang penting toko jalan dulu!”

“Gimana kalo toko lain jualnya lebih murah?”

“Peduli setan sama toko lain! Saya maju terus!!!”

“Gimana kalo kita didatangi debt collector yang marah karena kita nunggak utang di bank?”

“Saya tidak takut! Mau berkelahi juga saya tidak takut!!! Mati pun saya tidak takut! Saya rela mati demi mempertahankan hidup saya!!!”

“Hah? Maksud lo???”

Anda lihat? Menepis rasa takut tidak membawa solusi apa-apa selain semangat tinggi tanpa antisipasi. Anda akan maju kencang dan bertenaga seperti Titanic yang megah tapi tidak mau takut akan banyaknya gunung es di Samudera Atlantik. Hingga akhirnya Anda akan terbentur masalah dan tidak bisa mengatasi masalah tersebut karena Anda tidak pernah mau memikirkan solusinya sejak awal.

Memiliki dan memutuskan untuk mendengarkan rasa takut bukanlah sifat pengecut. Jangan samakan saya dengan para pecundang di luar sana yang juga punya rasa takut tapi tidak digunakan sebagai detektor masalah. Para pecundang di luar sana punya ciri-ciri berbeda: mereka menggunakan rasa takut sebagai ALASAN untuk tidak melakukan sesuatu.

Jadi mulai sekarang, dengarkan rasa takut Anda. Rasa takut bertugas membimbing Anda kepada kendala-kendala yang Anda hadapi. Kadang kendala-kendala yang ada tidak bisa kita lihat dengan jelas, jadi biarkan rasa takut berbicara untuk mengurai apa saja kendala itu dengan lebih detail.

Seringkali, ketika debat melawan rasa takut telah berhasil saya menangkan, si Raskut akan pergi dengan sendirinya karena tidak ada alasan lagi bagi si Raskut untuk tinggal di kepala saya. Semua solusi sudah tersedia, semua masalah sudah terpetakan dengan baik, seringkali si Raskut memilih pergi setelah berdebat dengan saya.

Di saat-saat seperti itulah saya bisa berteriak lantang dalam hati,

“Ayo kita mulai!”

Pastikan Anda dan rasa takut Anda bisa mendaki bersama-sama hingga tiba di puncak kesuksesan.

Salam takut untuk Anda semua!

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »