Usia 12 Tahun Anak ini Menjadi Mahasiswa Termuda di Kampusnya


Cendekiawan Suryaatmadja atau yang akrab disapa Diki, menjadi mahasiswa termuda di kampusnya. Bocah 12 tahun asal Indonesia ini begitu antusias untuk menghadapi semester pertamanya di salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat. Sangat mengejutkan, bukan?

Di usianya yang bahkan masih setara dengan usia masuk sekolah menengah pertama pada umumnya, Diki sudah menjejakkan kakinya di pelataran kampus University of Waterloo di Kanada dan akan segera memulai perkuliahannya di sana. Bukan sembarang jurusan yang diambilnya, anak ini bahkan mengambil jurusan fisika dan menjadi mahasiswa termuda sepanjang sejarah kampus tersebut. Ini menjadi sebuah hal yang sangat langka, di mana anak berusia 12 tahun sudah menempuh masa kuliah dan menerima pendidikan di sebuah kampus yang besar. Meski bukan yang pertama kalinya, pihak kampus juga membenarkan bahwa hal seperti ini sangat jarang terjadi di institusi mereka. Tak banyak anak yang mendapatkan kesempatan seperti Diki, bahkan mungkin di Indonesia sendiri jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan saja.

Sebagaimana bocah seusianya yang akan memasuki sekolah baru, Diki begitu bersemangat, tidak sabar untuk segera memulai kuliahnya dan bisa bertemu dengan teman-temannya yang baru. Dia mengungkapkan perasaannya yang begitu senang dengan kondisi serta keramahan orang-orang yang ditemuinya di sana, bahkan dia merasa semua luar biasa dan menyenangkan untuknya. Saat ini, Diki tinggal bersama ayahnya di sebuah apartemen yang tidak jauh dari kampusnya, sehingga ia bisa dengan mudah mencapai tempat belajarnya tersebut.

Tinggal di lingkungan baru di belahan dunia yang berbeda, tentu saja Diki akan mengalami banyak perubahan, termasuk iklim yang tentunya berbeda dengan di Indonesia. Anak yang hobi jogging dan berenang ini bahkan sudah memiliki agenda khusus untuk bermain ice skatting di musim dingin nanti, mumpung berada di Amerika yang memiliki empat musim, ujarnya dengan antusias.

Perbedaan budaya dan makanan menjadi sebuah tantangan tersendiri untuknya, sebab kedua hal ini seringkali membuatnya rindu kampung halaman. Diki mengaku jika kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya sekarang adalah hasil belajar otodidak, dia mempelajarinya sejak masih tinggal di Singapura beberapa waktu yang lalu. Diki mempelajari bahasa Inggris tersebut selama 6 bulan, dia menghabiskan banyak waktu untuk membaca artikel dan menonton film berbahasa Inggris yang menggunakan subtitle, terutama film bergenre komedi. “Kita bisa mempelajari bahasa dengan proses osmosis, secara bertahap dan perlahan,” ujar Diki.

Reputasi kampus Waterloo yang baik, telah menarik minatnya untuk bisa menempuh pendidikan di sana. Diki langsung mendaftarkan diri di sana, sesaat setelah menyelesaikan pendidikannya dengan cepat. Anak ini begitu tertarik dengan kampus tersebut, sehingga tanpa ragu ia memilihnya menjadi tempat untuk menimba ilmu sains yang menjadi minat pilihannya. Keinginannya untuk mengeksplorasi dan menemukan penemuan-penemuan baru, menjadi hal yang sangat diharapkannya di masa depan. Namun, bisa menciptakan berbagai energi yang dapat diperbaharui di masa depan adalah impian terbesar untuknya.

Hal tersebut tentu sangat mungkin terwujud, mengingat kemampuan dan aplikasi yang dimilikinya sangat mendukung untuk itu. Diki masih sangat muda, ia memiliki banyak peluang dan kesempatan untuk belajar dan berkembang di masa yang akan datang. Ia akan menjadi contoh dan semangat bagi anak-anak lainnya, bahwa semua sangat mungkin untuk diwujudkan, selama ada kemauan dan juga kerja keras dalam belajar.

Inti dari kisah seorang bocah 12 tahun ini yang menjadikan dirinya mahasiswa termuda di kampusnya telah membuka mata kita bahwa dengan kerja keras apapun bisa kita lakukan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »